Sejaksaat itu berkembang hingga kelima stasi. Katekis asal Flores Timur inilah yang menjadi perintis lahirnya Gereja Katolik di Magalau, Kelumpang Barat, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Langkahnya kemudian melahirkan Paroki St. Fransiskus Asisi Gendang, Magalau. Hari bahagia itu pun tiba pada tanggal 2 Februari 2020.
SEJARAH Rentang riwayat hidup St. Fransiskus dari Asisi dimulai dari sejak kelahirannya pada tahun 1181atau 1182 sampai wafatnya pada tahun 1224. Pada rentang waktu hidupnya ini terjadi beberapa poin penting yang menandai kehidupannya. Berikut ini kronologi peristiwa hidupnya diuraikan. 1181/82 Musim panas atau musim gugur lahir di Asisi. Waktu dipermandikan diberi nama Yohanes Pembabtis. Ketika ayahnya pulang, ia dinamai Fransiskus sebagai kenangan tempat yang baru saja dikunjungi yaitu Perancis. 1199 ā 1200 Perang Saudara di Assisi. Rakyat biasa dan warga kota kelas menengah menyerbu puri-puri kastel kaum bangsawan. Banyak keluarga bangsawan yang meninggalkan kota dan mengungsi ke Perugia termasuk keluarga St. Klara. 1202 November Pecah perang antara Perugia dan Assisi. Fransiskus yang bertempur di pihak Assisi menjadi tawanan perang di penjara Perugia. 1204 Fransiskus sakit keras dan beristirahat cukup lama untuk memulihkan kesehatannya. 1204/1205 Akhir 1204 atau awal 1205, Fransiskus bergabung dengan pasukan Walter de Brienne untuk ikut perang ke Apulia Italia Selatan. Di Spoleto kota dekat Assisi tempat mereka berhenti untuk bermalam, ia memperoleh penglihatan. Dalam mimpi, ia mendengar suatu suara yang mengatakan kepadanya untuk kembali ke Assisi. Inilah awal mula pertobatannya. 1205 musim gugur Fransiskus mendapat perintah dari Kristus yang tersalib di San Damiano āFransiskus, pergilah dan perbaikilah gerejaKu yang nyaris roboh iniā. 1206 Januari atau Februari Peristiwa di depan Uskup. Bernardone menuntut supaya Fransiskus mengembalikan semua harta yang telah diberikannya. Fransiskus menanggapi dengan menelanjangi diri mengembalikan semua pakaian yang melekat di badannya kepada bapanya. Uskup Assisi menudungi Fransiskus dengan mantolnya. 1206 Musim Semi Fransiskus dengan mengenakan pakaian pertapa merawat penderita lepra di Gubbio. 1206 Musim Panas sampai Januari atau Februari kembali ke Assisi dan membangun kembali Gereja San Damiano. Dia juga memperbaiki Gereja St. Petrus dan Gereja Ratu Para Malaikat di Portiuncula. 1208 24 Februari Fransiskus mendengar Injil tentang kemiskinan yang dibacakan untuk Pesta St. Mateus. Ia mengambil petikan Injil itu sebagai aturan hidup. 1208 16 April Bernardus dari Quintavalle dan Petrus Cattani bergabung dengannya. Yang lain kemudian mengikuti 23 April, Egidius bergabung. 1208 ā 1209 Musim Gugur dan Musim Dingin. Fransiskus dan para saudaranya pergi berdua-dua untuk mewartakan pertobatan. 1209 Mereka kembali ke Portiuncula. Fransiskus menulis Aturan singkat untuk dirinya dan kesebelas saudaranya. Mereka pergi ke Roma hendak memohon pengesahan aturan hidup tersebut. Paus Innocentius III meneguhkannya secara lesan. Saudara-saudara ini kembali ke Rivotorto dan kemudian ke Portiuncula. 1210 9 November Kaum bangsawan dan warga kota Assisi menandatangani perjanjian damai yang mengakhiri perang saudara. 1212 akhir Maret Penerimaan Klara di Portiuncula. Setelah tinggal beberapa waktu di Biara Benedictines, Klara pindah ke San Damiano. Sekitar akhir tahun, Fransiskus berangkat ke Timur Tanah Suci. Karena cuaca buruk, kapal yang ditumpanginya terdampar di pantai Dalmatia. Ia bersama kawannya kembali ke Italia melalui Ancona. 1213 8 Mei Bangsawan Orlando dari Chuisi menghadiahkan La Verna Alverna kepada Fransiskus. 1213/1214 Sdr. Fransiskus ditemani Sdr. Bernardus berusaha untuk ke Maroko. Di Spanyol, ia jatuh sakit dan terpaksa kembali ke Italia. 1215 Fransisku pergi ke Roma untuk menghadiri Konsili Lateran IV. Kemungkinan di sinilah ia bertemu dengan Dominikus untuk pertama kalinya. 1216 Paus Innocentius III wafat. Ia digantikan oleh Paus Honorius III. Tahun ini, Fransiskus menerima Indulgenti Portiuncula dari Paus Honorius III di Perugia. 1217 5 Mei ā Pentekosta Sidang Umum di Portiuncula memutuskan untuk mengirim misionaris keluar Italia. Sdr. Egidius berangkat ke Tunisia, Sdr. Elias ke Siria, Sdr. Fransiskus ke Perancis. Tetapi, di Firenze Florence, Fransiskus bertemu dengan Kardinal Hugolino yang membujuknya agar tetap mau tinggal di Italia. 1219 26 Mei Para misionaris berangkat ke Maroko. 1219 26 Juni Sdr. Fransiskus berlayar ke Mesir. 1219 29 Agustus Dia hadir dalam penyerangan pasukan perang salib terhadap Damietta. Kemudian, ia menghadap sultan ditemani Sdr. Illuminatio. 1219 5 November Ia hadir dalam perebutan Damietta. Kemudian, ia bertolak ke Santo Yohanes ā Acre 1220 Martir pertama Fransiskan yaitu saudara-saudara yang dibunuh di Maroko. 1220 Di Siria Fransiskus bertemu dengan Sdr. Elias dan Sdr. Petrus Catani. Dia mengunjungi tempat-tempat suci. Seorang saudara yang lain datang dari Italia memberitahukan bahwa dalam Ordo timbul kekacauan besar. Karena itu, Fransiskus segera kembali ke Italia. Ia berlabuh di Venesia dan kemudian ke Roma. Di sana ia mendengar bahwa Kardinal Hugolino sudah ditunjuk sebagai pelindung resmi protektor untuk para saudara dina. Pada tahun ini pula ia meletakkan jabatannya sebagai pemimpin Ordo dan diganti oleh Sdr. Petrus Catani yang waktu itu ditunjuk sebagai Vikaris General. 1221 Sdr. Petrus Catani meninggal dunia dan digantikan oleh Sdr. Elias. Fransiskus menulis Anggaran Dasar yang disebut Anggaran Dasar ā1221ā yang tidak pernah diteguhkan baik oleh para minister maupun oleh Bapa Suci. 1221 ā 1222 Fransiskus berkeliling Italia untuk berkotbah. 1222 15 Agustus Fransiskus berkotbah di alun-alun Bologna. 1223 Fransiskus pergi ke Fonte Colombo untuk menyusun Anggaran Dasar definitif bagi Ordi Saudara-Saudara Dina. Anggaran Dasar ini didiskusikan dalam Sidang Umum dan mengalami perubahan-perubahan sampai akhirnya mendapat peneguhan dari Paus Honorius III pada 29 November. Anggaran Dasar ini sering disebut Anggaran Dasar ā1223ā. 1223 25 Desember Perayaan Natal di Grecio yang menjadi asal mula tradisi gua atau kandang natal. 1224 15 Agustus Sampai 30 September, Fransiskus mengadakan retret di Gunung La Verna. Ia mendapat stikmata sekitar 14 September. 1224 Oktober Dia kembali ke Portiuncula melalui Borgo San Sepolcro, Monte Casale, dan Citta Castello. 1224 Desember Dengan mengendarai seekor keledai, ia berkeliling untuk berkotbah di Umbria. 1225 Pada bulan-bulan pertama tahun ini, sakit matanya semakin memburuk. Untuk sementara waktu, Fransiskus tinggal di San Damiano bersama dan para saudarinya. Atas perintah Sdr. Elias, Fransiskus menjalani perawatan medis tetapi tidak ada perkembangan. Dalam keadaan hampir buta, ia menggubah āKidung Saudara Matahariā. 1225 23 Juni Bersama Bapa Suci dan Dewan Kardinal, Kardinal Hugolinus tiba di Rietti. Mereka tinggal di sana sampai 31 Januari tahun berikutnya. Kardinal Hugolinus memanggil Fransiskus ke kota itu agar dapat memberikan perhatian sebaik mungkin kepadanya. Sesudah beberapa saat tinggal di istana Uskup Rietti, si miskin itu menetap di pertapaan dekat Fonte Colombo. Di sanalah ia menjalani pengobatan mata dengan menggunakan besi panas. 1226 Fransiskus dibawa ke Siena untuk suatu pengobatan baru lalu kembali ke Portiuncula. Musim panas amat membakar, maka untuk mengurangi sakitnya, Fransiskus dibawa ke pegunungan Bagnara. Keadaannya makin parah. Maka ia dibawa kembali ke Assisi dan diinapkan di istana Uskup. 1226 September Merasa bahwa saat kematiannya sudah dekat, Fransiskus menulis wasiat dan meminta supaya dibawa ke Portiuncula. 1226 3 Oktober Fransiskus wafat di Portiuncula pada sore hari. 1226 4 Oktober Ia dimakamkan di Gereja San Giorgio di Assisi. 1227 Kardinal Hugolino dipilih menjadi Bapa Suci Gregorius IX 1228 16 Juli Di Assisi, Paus Gregorius IX mengkanonisasi sahabatnya, Fransiskus. 1230 25 Mei Jenasah St. Fransiskus dipindahkan ke Basilika St. Fransiskus.
SantoFransiskus dari Assisi (Italia: San Francesco d'Assisi, Latin: Sanctus Franciscus Assisiensis), lahir dengan nama Giovanni di Pietro di Bernardone, secara tidak resmi bernama Francesco (1181/1182 - 3 Oktober 1226 ), adalah seorang biarawan, diakon, dan pengkhotbah Katolik Italia .
Panaorama Kota Assisi Mari kita mulai uraian riwayat hidup kedua orang kudus ini dengan beberapa patah kata tentang kota kelahiran Fransiskus dan Klara Assisi. Komedi Ilahi Divine Comedy, Dante Alighieri menggambarkan kota Assisi sebagai Sang Timur, tempat matahari terbit Canto XI Paradiso, 52-54. Bahkan, membandingkan Fransiskus dengan sang matahari terbit. Dalam konteks kosmologi abad pertengahan inilah kita harus memahami riwayat hidup Fransiskus dari Assisi dan Klara, ātanaman kecilnyaā. Assisi sampai saat ini tetap merupakan kota abad pertengahan yang khas. Kota ini berada di atas lembah Umbria, sebuah wilayah yang dikelilingi tanah di Italia tengah. Wilayahnya relatif kecil, hanya terbentang sebesar kilometer persegi. Kota ini juga memiliki pegunungan, perbukitan dan hutan di wilayah Appennine tengah di semenanjung Italia. Hanya sekitar 6% dari wilayahnya terdiri dari dataran. Assisi, berada pada 424 meter di atas permukaan laut, menampilkan pemandangan salah satu dataran tersebut, tapi di atasnya terdapat Gunung Subasio meter di atas permukaan laut, sebuah gunung berbentuk kubah, ditutupi dengan hutan. Saat ini kota Assisi memiliki populasi sekitar 24,790 jiwa. Pada abad ke 12 dan 13 jumlahnya jauh lebih kecil lagi. Dunia abad pertengahan diwarnai oleh dua kekuatan adi daya. Pada satu sisi terdapat Kaisar Romawi dan pada sisi lain Paus. Tokoh-tokoh besar mengambil kedua peran tersebut, misalnya Frederik Barbarossa sebagai Kaisar Romawi dan Inosensius III sebagai Paus. Dunia abad pertengahan didominasi dengan hal-hal yang kudus dan profan. Perbedaan antara keduanya sangatlah tipis sehingga seringkali berakhir dengan pertikaian antara kedua belah pihak. Politik dan agama digabungkan untuk mendapatkan kekuatan. Di masa inilah para ksatria berperang ke Tanah Suci, dalam mana ambisi politik dan iman memainkan peran aktifnya. Para bangsawan feodal tetap mendominasi kancah politik di banyak kota. Termasuk kota Assisi. Kastil feodal, disebut Rocca Maggiore mendominasi kota tersebut bahkan sampai saat ini, walaupun tidak sama dengan yang ada pada abad ke-12. Kaum bangsawan tetap memberi pengaruh yang tidak kecil pada masalah-masalah lokal. Namun pada akhir abda ke-12, ada satu kelompok/kelas baru yang muncul di masyarakat tersebut, yang disebut kelas menengah, yang terdiri dari sebagian besar para pelaku bisnis. Demikianlah, di kota kecil seperti Assisi pun tetap ada pembedaan yang jelas antara kaum bangsawan yang disebut āmaioresā dan kaum āminoresā yang terdiri dari pedagang. Kaum minores ini merasa bahwa mereka cukup memiliki kekuatan secara finansial untuk melawan kekuatan para bangsawan. Sasaran mereka adalah melepaskan sistem feodal lama dan menggantinya dengan pemerintahan yang lebih demokratis yang saat itu disebut āComuneā. Rocca Maggiore Fransiskus lahir dalam konteks historis ini di tahun 1182. Masih tetap terbuka diskusi mengenai lokasi kelahirannya. Beberapa tempat yang dianggap sebagai lokasi kelahirannya adalah Chiesa Nova, San Francesco Piccolino, dan Casa Paterna. Semua tempat ini terletak di sekitar lapangan di tengah kota Assisi yang disebut Piazza del Comune, didominasi oleh Kuil Romawi Minerva dan Torre del Popolo. Pada lukisan fresco yang dibuat oleh Giotto di dinding di bagian atas Basilika St, Fransiskus Assisi, kita bisa melihat suatu representasi dari lapangan ini. Lukisan dinding tersebut mungkin sudah diperbaiki saat ini. Namun hanya perbaikan kecil saja. Fransiskus adalah anak dari Pietro Bernardone, seorang pedagang pakaian kaya raya yang sering bepergian untuk urusan bisnis ke Perancis. Bahkan Pietro diyakini tidak hadir saat istrinya, Pica, yang bertemu pertama kali dengannya di Provence, melahirkan Fransiskus. Sewaktu Pietro kembali, segera ia mengetahui bahwa anaknya sudah dibaptis di gereja katedral San Rufino dan telah diberi nama Giovanni =Yohanes. Namun Pietro tidak menyukai nama itu dan menggantinya dengan nama Francesco =Fransiskus ā mirip dengan nama kota yang dikaguminya yaitu Perancis. Di dataran atas kota Assisi dimana terdapat gereja katedral San Rufino ada seorang anak lagi yang lahir sebelas tahun kemudian, pada 1193. Seorang bayi perempuan, dan ia adalah anggota sebuah keluarga bangsawan. Chiara, atau Klara, yang artinya āyang bercahayaā nama bayi itu lahir di rumah mewah yang menghadap ke arah lapangan katedral. Orang tuanya adalah bangsawan Favarone Offreduccio dan Hortulana. Klara termasuk golongan āmaioresā. Sedangkan Fransiskus termasuk golongan āminoresā. Tekanan-tekanan mencuat di Assisi pada tahun 1198. Pada tahun ini Inosensius III terpilih sebagai Paus. Ia berusaha membuktikan dirinya seorang negarawan besar dan memperkokoh supremasi Gereja bahkan untuk masalah-masalah temporer. Pada musim semi tahun itu, bangsawan Konrad dari Urslingen, yang memimpin benteng Rocca di Assisi atas nama Kaisar, melakukan perjalanan ke Spoleto untuk menyerahkan Mahkota Spoleto kepada Inosensius III. Para warga Assisi kaum minores segera mendapat peluang kekosongan di benteng itu untuk merebutnya. Fransiskus mungkin berusia sekitar 16 tahun pada saat itu. Ia tentu saja ambil bagian dalam petualangan tersebut, karena jika Assisi berhasil menguasai benteng berarti menandakan independensi warga Assisi sebagai āfree Comuneā. Segeralah terjadi perang saudara antara kaum bangsawan maiores dan warga kota minores. Keluarga Klara kemungkinan besar terpaksa mengungsi ke Perugia, kota tetangga Assisi, yang lebih besar dan lebih kuat daripada Assisi. Mereka barangkali kembali ke Assisi sekitar tahun 1203, sewaktu ditetapkan dokumen yang menyatakan perdamaian antara kaum maiores dan minores di Assisi. Pada tahun 1202 para bangsawan Assisi yang ditawan di Perugia dikonfrontir dihadapan warga minores Assisi. Fransiskus ambil bagian dalam perang di Collestrada, yang pada akhirnya banyak memakan korban tawanan dari pihak Assisi. Fransiskus pun tertawan dan dipenjara selama 1 tahun di Perugia. Ia cukup beruntung karena ditebus dari penjara oleh ayahnya yang kaya dengan sejumlah uang. Kesehatannya yang memburuk selama di penjara akhirnya membuatnya menghabiskan banyak waktu di tempat tidur di tahun 1204. Fransiskus Ikut Berperang Sewaktu Fransiskus pulih dari sakitnya, ia mulai mengidam-idamkan sesuatu yang lebih tinggi daripada yang pernah dialaminya selama ini. Kali ini ia berkeinginan menjadi ksatria. Usianya saat itu cocok untuk seorang ksatria. Cita-cita menjadi ksatria sebenarnya adalah tema lagu-lagu yang sering dikumandangkan oleh para trubadur yang berkelana dari pegunungan Alpen sampai ke semenanjung Italia. Tema lagu ini cukup membakar semangat. Maka romansa keksatriaan dan keingintenaran karena ambil bagian dalam perang salib pun menjadi impian para pemuda termasuk Fransiskus. Di tahun 1204 ia mendapat kesempatan untuk pergi ke Puglie di wilayah Italia Selatan dengan tujuan bergabung bersama pasukan perang salib. Ia diharuskan bertemu dengan Walter dari Brienne untuk bergabung dengan pasukannya. Tetapi petualangannya ini tak berumur panjang. Hari berikutnya, setelah melalui malam yang membuatnya terjaga di Spoleto para penulis riwayat hidupnya berbicara tentang penglihatan dan mimpi Fransiskus di Spoleto, dia kembali ke Assisi. Fransiskus Bermimpi Tentang Istana Sekembalinya di Assisi, Fransiskus dicibir oleh teman-temannya dan ayahnya kecewa. Idealismenya seakan-akan tercabik-cabik, masa depannya suram. Satu-satunya solusi praktis untuk masalah ini nampaknya adalah mengikuti jejak ayahnya berjualan kain di toko sang ayah. Barangkali solusi ini adalah solusi mudah bagi Pietro Bernardone, tetapi tidak bisa meyakinkan Fransiskus. Yang bisa ia lakukan hanyalah tinggal di dalam toko. Fransiskus juga sebenarnya bisa memilih hidup santai bersama teman-temannya. Toh ia sudah terbiasa dengan itu semua. Ia terbiasa boros dalam hal hiburan. Ia juga sudah terbiasa jika teman-temannya memilihnya menjadi pemimpin dalam tiap pesta yang diadakan. Mereka terbiasa bersenang-senang hingga larut malam, bernyanyi dengan suara keras di sekeliling jalan-jalan kota Assisi. Namun Fransiskus menjadi bosan dengan hidup āramaiā ini. Bukan itu yang ingin diraihnya. Maka sendirian, ia mulai menjelajahi daerah-daerah pedalaman di sekitar Assisi. Para penulis awal riwayat hidupnya berbicara tentang periode ākonversi/pertobatanā. Mereka berbicara tentang satu periode khusus dalam hidupnya. Periode itu sungguh singkat, yaitu antara akhir tahun 1204 sampai dengan bulan pertama tahun 1206. Namun periode singkat ini dipenuhi dengan banyak refleksi. Salib San Damiano Pada periode konversi ini Fransiskus sering pergi sendirian ke tempat-tempat tersembunyi, dan masuk ke gua-gua, di situ ia menghabiskan waktu berjam-jam. Dan sekembalinya dari tempat-tempat itu ke kota Assisi, teman-temannya sering memperhatikan raut wajah Fransiskus yang nampaknya linglung. Selain ke tempat-tempat tersembunyi, ia juga sering pergi ke dataran bawah Assisi. Di situ terdapat kumpulan orang berpenyakit kusta. Pada suatu saat ia berjumpa dengan seorang penderita kusta. Walaupun takut, ia tetap turun dari kudanya dan menyambut orang itu lalu menawarkannya uang, serta memberinya ciuman kasih. Dikemudian hari ia sering kali membagikan cerita perjumpaannya dengan orang kusta ini; bahkan menjelang kematiannya, ia tuliskan kenangan tersebut dalam wasiatnya. Menjelang akhir tahun 1205 ada satu perjumpaan lagi yang mengubah hidupnya secara radikal. Saat itu ia berada di dalam gereja tua yang hampir tak terurus di bagian bawah kota Assisi. Gereja itu bernama San Damiano; dikelola oleh seorang imam miskin yang bahkan tak mampu membeli minyak untuk menyalakan lampu di hadapan gambar salib Kristus bergaya Byzantium. Fransiskus memandang salib itu dengan terpesona. Salib tersebut saat ini masih bisa dilihat di Basilika Santa Klara Assisi. Kristus digambarkan secara hidup pada salib itu. Corpusnya tidak tertancap pada kayu; tetapi tergambar; di latar belakangnya terdapat gambar malaikat-malaikat dan para kudus. Mata Kristus nampak terbuka lebar, dan walaupun darah terlukis keluar dari luka-lukanya, namun Ia seperti tidak merasa sakit. Salib inilah yang āberbicaraā kepada Fransiskus. Para penulis riwayat Berdoa di depan salib hidupnya menyatakan bahwa Kristus meminta Fransiskus untuk memperbaiki gereja tua tersebut, dengan menyebutnya āgereja Kuā. Tentu saja di mata seorang muda seperti Fransiskus yang dimaksudkan dengan āgereja Kuā adalah gereja tua tersebut yang memang memerlukan perbaikan. Maka ia memilih cara yang mudah. Ia pergi ke toko ayahnya, mengambil gelondongan kain mahal, pergi ke pasar Foligno, lalu menjual kain serta kudanya. Kemudian dengan gembira ia kembali ke gereja tua untuk memberikan uang hasil penjualannya kepada imam miskin di sana. Imam itu dengan bijak menolaknya karena tahu bahwa ayah Fransiskus pasti akan marah besar dengan tindakan eksentrik anaknya itu. Namun demikian ia mengijinkan Fransiskus untuk tinggal bersamanya di San Damiano sebagai āoblatusā, yaitu seseorang yang menawarkan dirinya untuk melayani secara suka rela pada suatu gereja tertentu dengan tujuan menjalani hidup pertobatan.
St Fransiskus Asisi adalah orang kudus pertama yang menerima Stigmata Suci. Sebagai kekaguman kami kepada St Fransiskus, salah seorang cucu saya, dibaptis dengan nama Fransiskus. Hari ini saya bangun terlambat untuk mengikuti misa harian pukul 6 sebagaimana biasanya dari gereja Fransiskus Asisi Tebet Jakarta.
Gereja Santo Fransiskus memiliki daya tarik tersendiri untuk Kota Berastagi yang berhawa sejuk. Sering disebut gereja inkulturatif karena menggabungkan budaya, dan tradisi khas Sumatera Utara dengan budaya Kristen. Kalau diperhatikan, arsitektur Gereja Santo Fransiskus terinspirasi dari bangunan rumah adat Batak Karo yang kokoh, unik sekaligus artistik. Konon, alasan di balik pemilihan arsitektur tersebut untuk turut melestarikan nilai luhur Karo, karena yang sudah mulai dilupakan. Terbukti makin sedikit rumah hunian dengan gaya paroki inkulturatif ini berada tepat di tepi jalan besar raya lintas Karo - Medan tepatnya di jalan Letjen Djamin Gintings, sehingga bila anda melintas, anda tentu akan melihat kemegahannya. Terdiri atas dua bangunan terpisah, yakni gereja inti yang memiliki lebar bangunannya mencapai 24 meter, memiliki panjang sekitar 32 meter dan tinggi 35 meter sedangkan bangunan lainnya berupa pendopo dengan model āgeritenā, yaitu rumah kecil tanpa dinding untuk berbagai keperluan religi, dan sebagai ruang untuk aneka keperluan kaum gereja St Fransiskus Asisi Berastagi juga disertai dengan tahapan-tahapan yang biasanya dapat kita temukan di tengah-tengah etnis Karo yang tengah mendirikan suatu bangunan, dengan kata lain, gereja ini telah tersentuh kebudayaan tradisional karo sejak awal tahap pembangunan. Pembangunan Gereja Katolik Inkulturatif Karo menghabiskan biaya sebesar dan diresmikan pada 20 Februari 2005 bertepatan dengan misa agung oleh Mr Pius Dabtubara. Dengan peresmian gereja ini, maka paus mengumumkan bahwa di tanah Karo telah berdiri sebuah paroki satu daya tarik dari gereja ini adalah ornamen yang menghiasi setiap inci bangunan benar-benar memuat kebudayaan Karo. Bentuk bangunannya juga tak jauh berbeda dengan rumah adat yang biasa anda temui di Tanah Karo. Bagi anda yang ingin berkunjung dapat datang di setiap hari atau sekaligus juga untuk beribadah. Selepas berkunjung ke Gereja St Fransiskus Asisi Berastagi, jangan lupa untuk menikmati sajian kuliner Karo yang dapat kamu temukan disepanjang jalan.
St Fransiskus Asisi: Pengaku iman dan pembaharu yang penuh kasih Francesco Bernardone lahir di Asisi, di pegunungan Umbria, Italia, di tahun 1182. Ayahnya, Pietro Bernardone, adalah pedagang kain yang kaya; sedangkan ibunya, Yohana Dona Pica, seorang putri bangsawan.
118182 (Musim panas atau musim gugur lahir di Asisi. Waktu dipermandikan diberi nama Yohanes Pembabtis. Ketika ayahnya pulang, ia dinamai Fransiskus sebagai kenangan tempat yang baru saja dikunjungi yaitu Perancis. 1199 - 1200 Perang Saudara di Assisi. Rakyat biasa dan warga kota kelas menengah menyerbu puri-puri (kastel) kaum bangsawan.
ParokiSanto Fransiskus Asisi Lamahora, sebelum diresmikan menjadi paroki, merupakan salah satu stasi dari Paroki Santa Maria Baneux Lewoleba, Lembata. Sebelum diresmikan menjadi paroki mandiri, diundanglah para misionaris Redemptoris untuk mempersiapkan umat dengan kegiatan Misi Umat.
ParokiSanto Fransiskus Asisi - Mojorejo, Blitar. Jl. Merdeka rt 14 rw 03 ds Mojorejo Wates Blitar: [email protected] 085257731840 | 085333723720 Sabtu: 18.00: Minggu: 07.00: Gereja St. Fransiskus Xaverius Stasi WONOREJO--.--Gereja St. Maria Stasi TUGUREJO--.--Gereja St. Ludovikus Stasi BEJIREJO--.--Gereja St. Maria Ratu Rosario Stasi
CvnXj. 2ym70uhz45.pages.dev/2332ym70uhz45.pages.dev/2262ym70uhz45.pages.dev/2012ym70uhz45.pages.dev/1722ym70uhz45.pages.dev/1982ym70uhz45.pages.dev/3892ym70uhz45.pages.dev/1902ym70uhz45.pages.dev/1562ym70uhz45.pages.dev/350
gereja santo fransiskus asisi